Versi I
Dahulu
kala pada masa pemerintahan kolonial Belanda ada sebuah daerah yang
diperebutkan oleh para kolonial Belanda. Daerah tersebut kini dikenal dengan
daerah yang bernama Mantup. Letaknya ada disebelah Barat daya Kabupaten
Gresik,tepatnya disebelah Barat kecamatan balongpanggang.
Dalam
perebutan itu orang-orang didaerah tersebut merasa sangat resah dan teracam,
sehingga untuk mempertahankan daerahnya orang-orang yang berada didaerah
tersebut bekerja sama untuk mengembalikan ketenangan didaerah mereka. Untuk itu
salah satu orang yang dipercaya sebagai seorang pemimpin perjuangan itu membuat
suatu gerakan yang disebut sebagai " pasukan kuda putih Mayangkara ",
para pejuang tersebut berjuang dengan meggunakan kuda putih, sehingga
gerakannya disebut sebagai pasukan kuda putih.
Pemimpin
pasukan itu, sebut saja pak Gatot. Pak Gatot dan awak-awaknya dalam berjuang
selalu bersemboyankan kata "Amantubillahi" yang artinya percaya
kepada Allah. Dengan begitu diharapkan dengan menggunakan semboyan percaya
kepada Allah. Allah SWT mau menolong mereka dalam mepertahankan daerahnya yang
dipakai rebutan oleh para kolonial Belanda disaat itu.
Setiap
hari " pasuakan kuda putih Mayangkara " berjuang dengan gigih, penuh
semanagat, tak pantang menyerah dan yang terpenting selalu bersemboyang kata
" amantubillahi". mereka semua percaya bahwa semua pertolongan Allah
itu ada dan akan selalu datang saat semua orang membutuhkan.
Berkat
perjuangan orang-orang daerah tersebut ahirnya daerah terebut dapat
dipertahankan keadaanya, orang-orang dapat mengusir para kolonial Belanda
kembali kedaerah mereka sendiri.
Berita
terusirnya kolonial Belanda sudah terdengar diseluruh daerah tersebut, untuk
merayakan semua itu orang-orang menjadikan daerah itu sebagai sebuah kecamatan.
Tetapia ada masalah lagi, apa nama kecamatanya? Mereka semua sama-sama
berpikir, kemudian ada sebuah usulan dari seorang warga agar kecamatan tersebut
diberi nama kecamatan Mantup. Yang diambil dari semboyan masyarakat saat
berjuang melawan kolonial Belanda, yaitu dari kata " Amantubillahi"
diharapkan dengan diberinama ini masyarakatnya dapat menjadi orang-orang yang
selalu percaya kepada allah dan selalu setia dengan Allah SWT seumur hidupnya.
Versi II
Selain
cerita yang ada diatas, ada lagi cerita yang lain. Dahulu kala pada saat Sunan
Giri masih menyebarkan ajaran agama islam beliau mengutus seorang utusannya
yang bernama Mbah Yai Sido Margi untuk menyebarkan agama islam didaerah
tersebut.
Mbah Yai
Sido Margi menyebarkan agama islam dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang
luar biasa dalam menghadapi semua cobaan yang dihadapinya di daerah tersebut.
Saat menyampaikan ajaran agama islam masih banyak orang-oarang daerah tersebut
yang kurang percaya terhadap ajaran Mbah Yai Sido Margi, sehingga banyak yang
mengganggu dalam penyampaian ajaran ini.
Suatu
hari saat Mbah Yai sido Margi membuat semboyan dalam menyampaikan ajarannya,
yaitu kata " amantubillahi " yang artinya percaya kepada Allah SWT.
Namun banyak orang yang mengecam dan menganggap remeh ucapan Mbah Yai Sido
Margi. Bahkan ada yang sampai menertawakannya.
Walaupun
diperlakukan seperti itu Mbah Yai Sido Margi tetap gigih dan sabar dalam
menyampaikan ajaran agama islam. Beliau yakin pasti suatu saat Allah akan membukakan
pintu hati masyarakat tersebut untuk mau menerima ajaran agama islam.
Lama-kelamaan
hinaan masyarakat sekitar semakin parah dan tidak mengenakkan, tetapi Mbah Yai
Sido Margi tetap sabar dan Gigih. Hingga yang dinantti- nanti, yaitu
pertolongan Allah pun datang. Allah SWT memberikan bencana alam yang besar
kepada masyarakat didaerah sekitar. Banya orang-orang meninggal, tetapi tidak
semua. Harta benda semua musnah, alam seperti hancur berantakan. Orang-orng
yang masih hidup segera mendatangi Mbah Yai Sido Margi untuk meminta
pertolongan, tetapi Mbah Yai Sido Margi berkata " janganlah kalian meminta
pertolongan kepadaku, tetapi mintalah kepada Allah. Karena semua yang terjadi
pada kalian semuanya adalah semata-mata karena kuasa Allah, dan hanya Allah lah
yang bisa mengembalikan semua seperti sedia kala". Itulah perkataan Mbah
Yai Sido Margi. Mendengar ucapan mbah Yai Sido Margi orang-orang pun mau
mengikuti semua ajaran Mbah Yai Sido Margi.
Beberapa
bulan lamanya, Mbah Yai Sido Margi dalam menyampaikan ajaran agama islam sudah
tidak ada gangguan lagi. Sehingga Mbah Yai Sido Margi dan orang-orang ingin
menjadikan daerah itu sebagai sebuah kecamatan, dan salah seorang dari mereka
mengusulkan agar daerah tersebut diberi nama Mantup, yang berasal dari kata Amantubillahi.
Versi III
Selain 2 versi dari cerita diatas, ada lagi
versi yang lain, tetapi versi yang satu ini kurang jarang yang tahu. Yang
paling terkenal adalah dari versi pertama yaitu asal usul kecamatan mantup
berdasarkan sejarahnya pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.
Versi yang ketiga adalah versi kerajaan,
dahulu kala didaerah yang sekarang bernama Mantup ini berdirilah suatu kerajaan
islam yang lumayan terkenal, tetapi saya kurang tahu apa nama kerajaannya.
Kerajaan ini hanya terkenal disekitar daerah
ini saja, dari daerah yang lain kurang mengetahui keberadaannya. Dahulu kala di
kerajaan ini hiduplah seorang raja yang sangat arif dan bijaksana, serta baik
budinya. Raja ini sangat disenangi oleh para rakyatnya, bahkan para rakyat
menghormatinya, tidak ada satu pun yang berani kepadanya.
Kehidupan kerajaan ini sangatlah damai dan
sejahtera, bahkan tidak pernah ada permusuhan sekali pun. Memang ada
permusuhan, tetapi karena rajanya sangan arif dan bijaksana masalah ini jadi
cepat terselelesaikan, bahkan cara menyelesaikannya dengan cara yang kekeluargaan,
dan tidak ada hukuman. Rajanya hanya
menyuruh mereka saling bermaafan dan berjabat tangan.
Walaupun kehidupan raja tersebut benar-benar
damai, masih ada yang belum lengkap dalam kehidupan raja tersebut, yang belum
lengkap adalah raja itu belum dikaruniai seorang anak padahal usia
perkawinannya sudah lumayan lama.
Setiap hari sang raja selalu berdoa, berdoa
berdoa dan berdoa. Sampai sampai rakyatnya yang mengetahui hal itu merasa
sangat tidak tega kepada sang raja. Tetapi apa yang dapat mereka Bantu, karena
hanya Tuhan yang mampu memberikan si raja seorang anak.
Suatu hari sang raja selalu pecaya kepada
Allah bahwa suatu saat Allah akan memberikan nya karunia yang berupa anak,
tetapi entah itu kapan waktunya. Bahkan sang raja memberikan kajian terhadap
rakyatnya untuk selalu mengingat kata “ amantubillahi “ yaitu percaya kepada
Allah SWT.
Beberapa tahun kemudian istri sang raja
ternyata hamil, dan kehamilannya tidak ada yang mengetahui. Semua orang tahu
saat perut istri sang raja sudah besar. Sang raja benar-benar senang dan
mensyukuri semua ini, ternya Allah itu memang benar-benar maha kuasa atas
segalanya.
Istri sang raja kini saatnya untuk
melahirkan, dan Alhamdulillah anaknya laki-laki. Ini sungguh berkah yang sangat
besar untuk sang raja. Sang raja berjanji kelak dia akan menjadikan putranya
anak yang berbakti bagi nusa dan bangsa begitu juga agama.
Berita kelahiran anak sang raja sudah
terdengar dimana-mana, semua sangat gembira mengetahui hal itu, bahkan semua
menengok anak sang raja yang baru lahir itu. Bahkan setiap orang memberikan doa
yang baik-baik untuk anak sang raja.
Anak raja kini sudah memasuki usia dewasa
dan sudah bisa menggantikan tahta sang ayah. Sang raja menobatkan putranya menjadi
raja muda, dan pemerintahannya pun sama arif dan bijaksananya seperti ayahnya.
Bahkan kerajaan dibawah pemerintahan raja muda ini menjadi makin tersohor dan
terkenal.
Suatu hari anak sang raja berniat untuk
menjadikan wilayah sekitar kerajaan itu menjadi sebuah kecamatan. Tetapi raja
muda bingung harus diberi nama apa. Sang ayah pun mengusulkan agar kecamatan
tersebut diberi nama kecamatan mantup yang diperoleh dari kata “ amantubillahi
“, yang artinya percaya kepada Allah. Dengan begini diharapkan semua warga
kecamatan ini selalu ingat kepada Allah. Raja muda sangat menyetujui hal itu.
Kecamatan mantup yang baru berdiri itu sudah
terumumkan keseluruh daerahnya, dan seluruh masyarakatnya sangat setuju
terhadap usul tersebut. Nah itulah asal usul kecamatan mantup. Jika adalagi
asal-usul kecamatan mantup yang lain saya belum tahu, karena yang saya dapatkan
hanyalah ketiga sumber itu.