Minggu, 22 Desember 2013

Makalah Promosi Kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan adalah sumber daya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup tetapi  suatu konsep yang positif dan tidak dapat dilepaskan dari sosial serta kekuatan personal.
Promosi kesehatan telah dikemukakan, salah satunya definisi Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi lingkungannya.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat di bangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat kita sebagai mahasiswa dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan memberikan pemaparan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat, maka didalam makalah ini kami akan  membahas tentang “Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan”.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara meningkatkan tingkat kesehatan di masyarakat?
2.      Apa manfaat dari promosi kesehatan?
3.      Bagaimana perubahan sikap atau perilaku dampak dari promosi kesehatan yang dialami masyarakat?




1.3  Tujuan­­­
1.3.1        Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan kami untuk mengaplikasikan teori yang di dapat dalam memberikan promosi kesehatan terhadap pasien.

1.3.2        Tujuan Khusus
1)      Mengetahui batasan-batasan perilaku dalam hidup sehat.
2)      Mengetahui bentuk-bentuk perubahan perilaku menuju hidup sehat.
3)      Mengetahui strategi perubahan perilaku dalam promosi kesehatan.
4)      Cara-cara perubahan perilaku menuju hidup sehat.

1.4  Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat memberikan promosi kesehatan secara efektif.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Healthy People
Visi promosi kesehatan di sampaikan pada tahun 1979 pada laporan umum ahli bedah healthy people yang menekankan promosi keshatan dan pencegahan penyakit. Healthy people 2000 diberlakukan pada tahun 1990 dan memberikan kerangka kerja untuk promosi kesehatan nasional,perlindungan kesehatan,dan strategi layanan pencegahan(u.s.departemen of health and human service
[USDHHS],1990). Healthy people 2010 : understanding and improving healthy (USDHHS, 2000) menyajikan strategi 10 tahun yang komprehensif untuk mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit ketunadayaan, dan kematian dini. Dua tujuan utama dari healthy people 2010 mencerminkan perubahan demografi bangsa :
1.      “ meningkatkan kualitas dan masa hidup sehat “ mengindikasikan populasi yang menua atau yang “menguban”
2.      “ menghilangkan kesenjangan kesehatan” mencerminkan keragaman populasi.
Untuk mendukung tujuan ini, healthy people 2010 berisi 467 sasaran untuk memperbaiki kesehatan. Sasaran ini diatur dalam 28 area fokus. Healthy people 2010 juga menetapkan sekelompok indikator kesehatan utama yang mencerminkan perhatian kesehatan masyarakat di Amerika Serikat pasda awal abad ke-21. Tiap indikator berhubungan dengan beberapa sasaran kesehatan. Indikator ini di harapkan membantu penyusunan rencana tindakan untuk memperbaiki kesehatan baik individu maupun komunitas.
Landasan healthy people 2010 adalah keyakinan bahwa kesehatan individu terkait erat dengan kesehatan komunitas dan sebaliknya. Sebagai contoh, kesehatan komunitas dipengaruhi oleh keyakinan, sikap dan perilaku individu yang tinggal di komunitas. Oleh karena itu, visi healthy people 2010 adalah “masyarakat sehat di komunitas sehat” (USDHHS, 2000, hlm 3). Akibatnya, kemitraan penting untuk memperbaiki kesehatan individu dan komunitas. Perusahaan, pemerintah setempat, dan organisasi sipil, profesional dan agama dapat berpartisipasi. Contohnya mencakup mesponsori pekan raya kesehatan,mendirikan program kebugaran,memulai daur ulang komunitas dan membuat jadwal imunisasi.
Dengan demikian,promosi kesehatan mencangkup program memodifikasi lingkungan dan perilaku individu. Promosi kesehatan mencangkup penyuluhan tentang gaya hidup dan perubahan perilaku, perkembangan komunitas ,perubahan komunikasi,perubahan organisasi dan di tingkat politis undang-undang.
2.2 Batasan Promosi Kesehatan
     Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,baik individu ,kelompok ,atau masyarakat. Sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik,dari batasan ini tersirat unsur unsur pendidikan yakni :
1.    Input
2.    Proses
3.    Output
Adapun batasan promosi kesehatan adalah yang mencakup tentang:
1.    Perubahan perilaku contohnya perilaku kesehatan masyarakat bisa dinilai dari perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif,khususnya didalam kesehatan masyarakat itu sendiri.
2.    Pembinaan perilaku, contohnya perilaku kesehatan yang sudah hidup sehat dan baik, baru dibina agar dipertahankan perilaku baik dalam menjaga kesehatannya.
3.    Pengenbangan perilaku contohnya membiasakan hidup sehat bagi anak- anak.
Empat Visi Promosi Kesehatan
Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992)
“Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara & meningkatkan derajad kesehatannya fisik, mental & sosial sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial“
Kata Kunci Visi Promosi Kesehatan :
1)      Willingnes ( Mau )
2)      Ability ( Mampu )
3)      Memelihara Kesehatan :
Mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari kesehatan dan mencari pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit.
4)      Meningkatkan Kesehatan :
Mau dan mampu mencegah penyakit, kesehatan perlu ditingkatkan bersifat dinamis.
Misi Promosi Kesehatan
1)      Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan.
2)      Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
3)      Memampukan (enable)
     Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
     Mandiri.   
2.3 Area Aktivitas Promosi Kesehatan
Ruang Lingkup Promosi kesehatan
Ilmu dicakup Promosi kesehatan dikelompokkan 2 bidang :
1.    Ilmu Perilaku yaitu Dasar membentuk Perilaku Manusia.
2.    Ilmu-Ilmu yang diperlukan untuk Intervensi Perilaku.
Ruang Lingkup Promkes didasarkan pada 2 Dimensi, yaitu :
1.    Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan.
2.    Dimensi Tempat Pelaksanaan Promosi Kesehatan atau Tatanan (setting )
Dimensi Aspek Sasaran Pelayanan Kesehatan, yaitu :
1.         Promkes pada Tingkat Promotif
Sasaran : Kelompok orang sehat
Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya
Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yg benar-benar sehat (Survei di negara berkembang) memelihara kesehatannya sehingga jlhnya dpt dipertahankan
2.        Promkes pada Tingkat Preventif
Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk (bumil, bayi, obesitas, PSK dll)
Tujuan : Mencegah kelompok tsb agar tdk jatuh sakit
Primary Prevention

3.        Promkes pada Tingkat Kuratif
Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC, Hipertensi)
Tujuan : Mencegah penyakit tsb tdk menjadi lebih parah
Secondary Prevention

4.        Promkes pada Tingkat Rehabilitatif
Sasaran : Para penderita penyakit yg baru sembuh (recovery) dr suatu penyakit
Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan seminimal mungkin
Tertiary Prevention

2.4         Model Promosi Kesehatan
Banyak model yang dikembangkan dapat mempengaruhi kesehatan serta memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi kesehatan. Pendekatan model kesehatan terapan dapat menjadi dasar untuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan seperti Health Belief Model (HBM),Transteoritical Model (TTM),Teori Sebab Akibat, Model Transaksional Stres dan Koping, Theory of Reasoned Action (TRA), serta Health Field Concept.


2.4.1        Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model)
Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan digunakan untuk mengidentifikasi  prioritas beberapa faktor penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu (Rosenstock, 1990).
2.4.2     Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan
Model keyakinan kesehatah adalah prilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai perilaku seperti pemeriksaan dan pencegahan serta imunitas. Contohnya, model keyakinan kesehatan dalam imunisasi memberi kesan bahwa orang yang mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal berikut:
1.         Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentan penyakit)
2.         Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius
3.         Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegaha penyakit
       Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS dan gosok gigi. Promoai kesehata dan pencegahan penyakt telah lebih ditekankan pada kontrol resiko. Penelitian terjadinya gejala dan resfons terhadap gejala menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif. Gambar tentang kesakitan diterjemahkan.

2.5 Tahap Perubahan Perilaku Kesehatan.
2.5.1 Teori-teori Perubahan Perilaku
a) Teori S-O-R:
1.         Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.
2.         Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus).
3.         Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).
Materi pembelajaran adalah stimulus.
Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

b) Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran periksa hamil).

c) Teori fungsi: Katz
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek). Prinsip teori fungsi:
a)         Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)      
b)        Perilaku merupakan pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan (bila hujan, panas)
c)         Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons           terhadap gejala sosial)
d)        Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah,senang)

d) Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
·  Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).
·  Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
·  Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
a.         Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b.        Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c.         Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun
.
2.5.1 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
a)      Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah
b)      Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan
c)      Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.

2      Pendekatan Untuk Mengubah Perilaku
a.       Informasi
b.      Pemasaran
c.       Insentif
d.      Restriksi (memberikan pembatasan untuk mencegah perilaku tertentu)
e.       Indoktrinasi (Memberikan paksaan untuk perilaku tertentu)
f.       Peraturan

4.  Strategi Perubahan Perilaku
a) Inforcement (Paksaan):
·         Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan
peraturan atau perundangan.
·         Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)
b) Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik.
c) Fasilitasi
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan penyediaan sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan). Untuk melakukan strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Ketika ada rangsangan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan akan menimbulkan aksi dan kemudian hal itu menjadikan perbahan perilaku.
d) Education :
Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

1.      Tahapan Perubahan Perilaku “Model Transteoretikal”
 (Simon-Morton, Greene & Gottlieb, 1995)
Terdapat 6 tahapan perubahan :
a.       Prekontemplasi
Pada tahap ini klien belum menyadari adanya permasalahan ataupun kebutuhan untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu memerlukan informasi dan umpan balik untuk menimbulkan kesadaran akan adanya masalah dan kemungkinan untuk berubah. Nasehat mengenai sesuatu hal/informasi tidak akan berhasil bila dilakukan pada tahap ini.
b.      Kontemplasi
Sudah timbul kesadaran akan adanya masalah. Namun masih dalam tahap keragu-raguan. Menimbang-nimbang antara alasan untuk berubah ataupun tidak. Konselor mendiskusikan keuntungan dan kerugian apabila menerapkan informasi yang diberikan.
c.       Preparasi (Jendela kesempatan untuk melangkah maju atau kembali ke tahap kontemplasi).
d.      Aksi (Tindakan)
Klien mulai melakukan perubahan. Goalnya adalah dihasilkannya perubahan perilaku sesuai masalah.
e.         Pemeliharaan
Pemeliharaan perubahan perilaku yang telah dicapai perlu dilakukan untuk terjadinya pencegahan kekambuhan.
f.          Relaps
Saat terjadi kekambuhan, proses perubahan perlu diawali kembali. Tahapan ini bertujuan untuk kembalinya upaya aksi.


2.1    Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan.
Peran pemberi pelayanan kesehatan komunitas, terutama perawat perlu dioptimalkan dalam memberikan promosi kesehatan. Caranya adalah dengan memanfaatkan/ mengaktifkan kembali peran-peran Puskesmas sebagai pusat pelayanan masyarakat untuk mencapai visi pembangunan kesehatan Indonesia tahun 2025, yaitu penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dan memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes, 2007). Meskipun saat ini Puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif masyarakat dalam pemecahan masalah dan belum mampu mendorong kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan (Depkes, 2007), optimalisasi peran perawat komunitas melalui Puskesmas sebagai wadah strategis untuk membentuk ‘paradigma sehat’ masyarakat merupakan salah satu solusi terbaik karena langsung turun menyentuh masyarakat. Mengembalikan peran Puskesmas yang tidak hanya sebagai wadah upaya kuratif, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan dan komunikasi masyarakat terutama terkait kesehatan perlu dilakukan. Selain itu, Panduan Integrasi Promosi Kesehatan (PIPK) yang disusun oleh Departemen Kesehatan juga perlu dijadikan pedoman dalam melakukan promosi kesehatan.

2.2    Proses Keperawatan dan Promosi Kesehatan
Proses keperawatan merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta indentifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan. Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk memberikan hasil yang diinginkan.
2.2.1 Pengkajian
Adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan. Pengkajian factor perilaku dalam promosi kesehatan menurut Lawrence Green : 1980 dalam bukunya Soekidjo Notoatmodjo, 2007 : 16-17).

1.      Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor yang perlu dikaji adalah :
a.       Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan
b.      Tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
c.       Sistem nilai yang dianut masyarakat
d.      Tingkat pendidikan
e.       Tingkat social ekonomi
Hal di atas dapat dijelaskan bahwa untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.Faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku,maka sering disebut factor pemudah.
2. Faktor pemungkin (Enambling factors )
Faktor yang perlu dikaji adalah :
 Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat
Missal : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta.
2.      Faktor Penguat (Reinforcing factors)
Faktor yang perlu dikaji :
a.       Factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan.
b.      Undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yg terkait dengan kesehatan.
2.2.2 Promosi Kesehatan Terkait Faktor
1. Promosi kesehatan dalam factor – factor predisposisi
Pendidikan atau promosi kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masayarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya, begitu pula promosi kesehatan memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat, dsb.
2. Promosi kesehatan dalam factor – factor Enabling
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat agar mereka mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cuma-cuma tetapi memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik (pelatihan dan bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana, pemberian fasilitas hanya sebagai percontohan. Bentuk pendidikan yang sesuai pengembangan dan pengorganisasian yang sesuai (PPM), upaya peningkatan pendapatan keluarga, bimbingan koperasidsb.yang memungkinkan tersedianya polindes, pos obat desa, dana sehat, dsb.
3. Promosi kesehatan dalam factor Reinforcing
Promosi kesehatan yang paling tepat adalah bentuk pelatihan bagi toga, toma dan petugas kesehatan sendiri.Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).
2.2.3. Pengkajian pada Individu
Pengkajian awal (initial assessment), dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.Selama pengkajian umum, perawat mengidentifikasi kesehatan yang dialami klien, dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat memudahkan perencanaan perawatan klien.
Hal yang harus dikaji :
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit
c. Pola – persepsi –pemeliharaan kesehatan
d. Pola aktivitas latihan
e. Pola Nutrisi dan metabolic
f. Pola Eliminasi
g. Pola Tidur istirahat
h. Pola kognitif – persepsi
i. Pola toleransi – koping stress/persepsi diri/konsep diri
j. Pola seksual – reproduktif
k. Pola hubungan dan peran
l. Pola Nilai dan keyakinan
m. Pengkajian fisik
n. Pernapasan atau sirkulasi
o. Metabolik-integumen
p. Abdomen
q. Neurosensori
r. Muskuloskeletal
s. Perencanaan pulang
Pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan format pengkajian (Lihat dan baca pada buku pengantar dokumentasi Proses Keperawatan karangan A.Aziz Alimul Hidayat, S.Kep.)
2.2.4. Pengkajian pada Keluarga
Pengkajian keluarga dan individu didalam keluarga.Pengkajian keluarga dengan cara mengidentifikasi data demografi dan social cultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping yang digunakan dalam keluarga dan perkembangan keluarga, sedangkan pengkajian individu sebagai keluarga dengan cara mengkaji :fisik, mental, emosi, social dan spiritual. Pengkajian lebih lanjut dengan menggunakan format pengkajian Keluarga
E. Pengkajian pada Masyarakat
Hal yang perlu dikaji :
1. Data Inti
2. Data lingkungan fisik
3. Pelayanan kesehatan dan social
4. Ekonomi
5. Keamanan dan transportasi
6. Politik dan pemerintahan
7. Sistem komunikasi
8. Pendidikan
9. Rekreasi
BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan

1.             Perilaku sehat : sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara dan mecegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
2.             Melalui promosi kesehatan diharapka terjadinya perubahan prilaku yang terciptanya harapan-harapan diatas, misalnya penyakit menular yang menjadi masalah serius di masyarakat seperti TBC, ISPA, Kusta dll serta penykit tidak menular yang kian meningkat seperti diabetes, hipertnsi, penyakit penyakit kardiovaskuler dll, perubahan gaya hidup semakin buruk seperti merokok, tidak berolah raga konsumsi makanan yang berlemak dan strees.
3.             .Proses pengkajiannya: Kualitas hidup, Derajat kesehatan.
Factor –faktor yang mempengaruhi :  Factor lingkungan : adalah factor fisik ,biologis, dan social budaya
Factor perilaku dan gaya hidup adalah suatu fator yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungan.
4.             Pengaruh dan pencapaian promosi kesehatan yang dipromosikan pada masyarakat . Menghasilkan dengan adanya pengertian dan pemahaman maka sesungguhnya intervensi dan ketidakadilan ,ketidak acuhan apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidaksehatan tubuh manusia ,kejiwaan, lingkungan alam, dan lingkungan sosialnya adalah merupakan pelanggaran “sehat adalah hak setiap orang” .




DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya.2003.Dasar-Dasar Pelayanan Prima.Eleex media computindo.







1 komentar:

  1. assalamu'alaikuum....
    disini saya hanya ingin bertanya tentang apa manfaat untuk kita belajar tentang promkes

    BalasHapus